THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Minggu, Juni 13, 2010

Analogi Cinta dan Hujan

Cinta itu tak terdefinisi seperti hujan yang mendinginkan bumi. Rintik airnya memendarkan kesejukan pada tanah yang menangis meratapi musim kemarau. Lihatlah pada awan mendung, di sana ada danau tempat cinta merenungi matahari yang membiaskan panas pada laut. Wahai angin, ke mana takdir membawa hujan pergi? Di mana rintik-rintik air harus meluapkan rindu pada bumi dan pohon-pohon. Lihatlah di situ bumi telah mati, terkubur menjadi gurun. Sementara di tempat lain, hujan menjadi badai dan bumi menjadi banjir.

Angin, tanah, dan embun. Kalian sering membasuhi cahaya pagi dengan janji malam. Padahal gelap malam itu sering membawa kesesatan pada harapan. Jangan biarkan mimpi itu merayumi pada kata-kata berbau surga. Cinta itu hujan, dan awan itu membawa rindu pada angin. Panjatkanlah doa pada langit agar hujan kembali menurunkan kesejukan. Tuhan, jangan kau tutupi hati ini dengan kemalangan. Sesungguhnya tanah sudah gersang, doa merindukan hujan.

Namun bukan hujan yang memabukkan, agar jiwa tidak merana terlalu menampung cinta. Bukan hujan bergemuruh atas nama badai, bersambut kilat membakar hati. Dan sekejap hilang sisakan genangan becek yang tak lama menjelma gersang. Tapi hujan yang diberkati surga. Datang atas nama jawaban doa, tumbuh di hati memaknai jalan rindu. Dan hidup tak lagi sesepi diamnya malam. Tak ada paksaan, hanya ucap syukur tanpa jeda.

Sekarang, bumi telah basah. Jiwa telah tumbuh tanaman yang selalu bermunajat atas nama cinta. Air, semua bernyawa dalam balutannya. Udara, ruang tempat angin berenang bebas mengejar rindu. Semua berlaku sesuai kodratnya. Seperti manusia yang berfikir tentang cinta. Cinta yang ranum menjadi makna pembicaraan hati yang berderai.


=>taken from : adhityamencarimakna.blogspot.com

0 comment: